AhLan wa SaHLan

eNdHiRa ya_ ZoNe

05.50

BAB I
PENDAHULUAN

Di antara kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah menjadi penyembah Allah yang setia. Kesetiaan seorang muslim kepada Allah ditunjukkan dengan senantiasa beribadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Menurut para ulama, terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu berupa aktivitas ibadah hati, lisan, dan badan.
Tugas manusia di dunia adalah ibadah kepada Allah SWT dan ini sudah dijelaskan dalam al quran ayat At thariyat ayat 56.
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Meskipun merupakan tugas, tetapi pelaksanaan ibadah bukan untuk Allah (51;57), karena Allah tidak memerlukan apa-apa. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri.
Ibadah ('abada : menyembah, mengabdi) merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Pencipta. Karena penyembahan atau pemujaan merupakan fitrah (naluri) manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan dan pemujaan yang salah dan sesat.
Dalam Islam ibadah memiliki aspek yang sangat luas. Segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir atau batin, semua merupakan ibadah.



BAB II
PEMBAHASAN


Pengertian

Ibadat atau ibadah adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya :
1. perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
2. segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
3. upacara yang berhubungan dengan agama.
Pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa :
1. Kesadaran beragama pada manusia membawa konsekuensi manusia itu melakukan penghambaan kepada Tuhannya. Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat QS. 51:56).
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin QS 36:61)
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf QS. 43:43).



Ibadah ada dua macam :
1. Ibadah Maghdhah (khusus)
Yaitu ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detail dan biasanya bersifat ritus. Misalnya : shalat, zakat, puasa, haji, qurban, aqiqah. Ibadah jenis ini tidak banyak jumlahnya.
2. Ibadah 'Amah (Muamalah)
Yaitu ibadah dalam arti umum, segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara detail, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah atau anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja. Ibadah dalam arti umum misalnya : menyantuni fakir-miskin, mencari nafkah, bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dll.
Syarat Diterimanya Ibadah
Setiap muslim tentu sangat menginginkan ibadah yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Namun, tidak sedikit yang ditolak. Kita mungkin sudah merasa khusyu' dan merasa benar dalam pelaksanaannya, tetapi belum tentu diterima. Hanya Allah sajalah yang Mahatahu setiap amal ibadah yang diterima. Karena itu, sebaiknya kita mengetahui syarat dari ibadah yang diterima Allah. Syaratnya antara lain :
1. Iman kepada Allah dan Hari akhir (2:62).
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari Kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[57] orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
Karenanya amal orang kafir seperti fatamorgana.
2. Didasari niat ikhlas (murni) karena Allah, sebagaimana hadist: Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan bagi segala sesuatu tergantung dari apa yang ia niatkan.
3. Dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah.
Untuk ibadah maghdhah harus sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadist, Kreativitas justru dilarang. Sehingga berlaku prinsip " Segala ssesuatu dilarang, kecuali yang diperintahkan". Kita dilarang membuat aturan-aturan baru yang tidak ada dasarnya.
Untuk mu'amalah harus sesuai dengan jiwa dan prinsip prinsip ajaran Islam. Pelaksanaannya justru memerlukan kreativitas manusia. Sehingga berlaku prinsip " Segala-sesuatu boleh, kecuali yang dilarang"
Ibadah pada dasarnya merupakan pembinaan diri menuju taqwa. Setiap upaya ibadah memiliki pengaruh positif terhadap keimanan, lawannya adalah maksiat yang berpengaruh negatif terhadap keimanan.
Iman bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman dengan ibadah, berkurang karena ma'syiat (Hadist)


Setiap ibadah juga memiliki hikmah tujuan-tujuan mulia, seperti :
• Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar (29:45)
• Puasa untuk mencapai taqwa (2:183)
• Zakat untuk mensucikan harta dan jiwa dari sifat kikir dan tamak. (9:103)
• Haji sebagai sarana pendidikan untuk menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor. ( 2:197)
Keutamaan amal ibadah ditentukan oleh empat hal :
1. Memperhatikan Waktunya
Misalnya, ibadah yang paling utama di bulan Ramadhan adalah qiyamullail. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw: "Siapa yang mengisi malam bulan Ramadhan dengan keimanan dan ibadah, niscaya baginya diampunkan dosa-dosanya yang telah lewat." (oleh Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah). Dan berderma, karena Rasulullah Saw: "beliau paling dermawan saat berada pada bulan Ramadhan".(Bukhari, An Nasai dan Ahmad dari Ibnu Abbas)
Jika masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka amal ibadah yang paling utama adalah beri'tikaf dan tidak keluar dari masjid. Dan jika masuk sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah, maka amal ibadah yang paling utama adalah amal saleh dan berlomba untuk berjihad, berdasarkan sabda Rasulullah Saw: "Kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwanya, dan tidak menuntut balasan dari dua hal itu."( jama'ah, kecuali Muslim dan an Nasai)
Amal ibadah yang paling utama pada bulan Muharram dan Sya'ban adalah puasa, berdasarkan sabda Rasulullah Saw: "Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram." (Muslim dari Abu Hurairah dan Thabrani, dari Jundub). Dan perkataan A'isyah r.a.: "Aku dapati Nabi Saw paling banyak berpuasa pada bulan Sya'ban." (Bukhari, Muslim dan Abu Daud).
2. Memperhatikan Tempat
Ada beberapa tempat yang jika dilakukan ibadah di situ, akan mendapatkan pahala dan keutamaan yang lebih besar dibandingkan jika dilakukan di tempat lain. Seperti shalat di Masjidil Haram, setara dengan seratus ribu shalat di tempat lainnya. Shalat di Masjid Nabawi, setara dengan seribu shalat di tempat lainnya. Dan shalat di Masjid Aqsha, setara dengan lima ratus kali shalat di tempat lainnya.
Shalat yang paling utama dilakukan di masjid adalah shalat wajib. Sementara untuk shalat sunnah, yang paling utama adalah jika dillakukan di rumah. Berdasarkan sabda Nabi Saw: "Shalat yang paling utama bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib."(An Nasai, Thabrani, dan Abu Daud, dari Zaid bin Tsabit).
Dzikir dan berdoa di Shafa dan Marwa lebih utama dari shalat. Thawaf bagi orang yang baru datang dari luar Mekkah lebih utama dari shalat, dan sebaliknya bagi orang Mekkah sendiri. Doa saat masuk rumah atau keluar dari rumah lebih diutamakan daripada membaca Al Qur'an.
3. Memperhatikan Jenis Ibadah
Jenis shalat lebih utama dari jenis membaca Al Qur'an. Jenis membaca Al Qur'an lebih dibandingkan jenis dzikir. Jenis dzikir lebih utama dibandingkan jenis doa. Jenis jihad lebih utama dari jenis ibadah haji. Bahkan di antara satu jenis ibadah sendiri ada perbedaan keutamaan antara satu macam dengan macam yang lain. Misalnya pada hadist:
"Puasa (sunnah) yang paling utama adalah puasa nabi Daud, yaitu berpuasa satu hari dan berbuka satu hari". (Tirmidzi, dan An Nasai, dari Abdullah bin Umar)
"Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah bagi sanak keluarga yang membenci kita." (Ahmad dan Thabrani dari Abu Ayyub)
"Syuhada yang paling utama adalah yang darahnya ditumpahkan musuh, dan kendaraannya dirusak musuh" (Thabrani dasri Abu Umamah,)
"Dzikir yang paling utama adalah: la ilaha illah Allah, dan doanya yang paling utama adalah: alhamdulillah." (Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah)
"Jihad yang paling utama adalah membela kebenaran di hadapan penguasa yang lalim." (Ibnu Majah, Ahmad dan Thabrani dari Abu Umamah)
4. Memperhatikan Situasi dan Kondisi
Rasulullah Saw bersabda: "Jika Allah SWT kagum melihat seorang hamba, niscaya hamba itu tidak akan dihisab." (Ahmad dan Abu Ya'la. Para perawinya tsiqat). Kemudian beliau mengabarkan tentang sifat orang-orang yang membuat Allah SWT tertawa. Beliau bersabda:
"Tiga kelompok manusia yang dicintai dan dikagumi oleh Allah SWT dan diberikan kabar gembira oleh-Nya adalah: ..., seseorang yang mempunyai isteri cantik dan peraduan yang nyaman nan indah, kemudian ia bangun di waktu malam untuk beribadah. Terhadap orang tersebut Allah SWT berkomentar: "dia meninggalkan syahwatnya untuk beribadah kepada-Ku, padahal jika ia mau ia dapat terus menikmati tidurnya." Dan orang yang sedang berada dalam perjalanan bersama rombongan, kemudian ia tidak tidur malam kecuali sedikit, dan ia isi akhir malamnya dengan ibadah, baik dalam kesulitan maupun dalam kesenangan." (Thabrani dalam Al Kabir, dengan sanad hasan)
Ini jika dalam kondisi negara aman. Sedangkan jika dalam kondisi perang, ukurannya lain lagi, berbeda dengan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan situasi dan kondisi. Orang yang cerdik adalah orang yang mengetahui amal ibadah yang paling utama di segala situasi dan kondisi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu.
Saran
Saya menyarankan agar pembaca tidak langsung puas terhadap makalah ini tetapi terus menggali dan mengembangkan agar bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang ibadah.
Sebagai umat islam sebaiknya kita menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW agar sesuai syarat sah ibadah dan amal ibadah kita diterima Allah SWT. Kita sebagai umat islam juga harus semangat untuk menjalankan ibadah untuk mendapat ridho Allah SWT. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar